EMULSI
1. Definisi
Sediaan Emulsi
·
Emulsi adalah sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa,
distabilkan dengan zat pengemulsi ataua surfaktan yang cocok.
·
Emulsi adalah sediaan yang mengandung
bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan pembawa,
distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok (IMO hal 132)
·
Emulsi adalah dua fase yang salah satu
terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetasan kecil (FI IV)
2. Macam-macam
Emulsi
Berdasarkan
penggunaannya emulsi dibagi menjadi 2 goglongan, yaitu :
1. Emulsi
penggunaan per-oral
a. Emulsi
minyak dalam air
Biasanyan mempunyai tipe minyak dalam
air. Emulgator merupakan film penutup dari minyak obatnya untuk menutupi rasa
tidak enak, zat perasa diberikan diberikan pada fase ekstern untuk memberikan
rasa enak.
b. Emulsi
untuk injeksi itravena
Emulsi parenteral telah
diselidiki untuk penggunaan makanan dan minyak obat untuk hewan dan manusia.
Penggunaan emulsi parenterol meminta perhatian khusus selama produksi seperti
pemilihan emulgator ukuran dan kesamaan butiran tetes pada penggunaan
intravena.
2. Emulsi
untuk pemakaian oral
Baik bentuk minyak
dalam air atau air dalam minyak yang dapat dipakai untuk pemakaian kulit dan
memoran mukosa dengan proses emulsi kemungkinan terbentuk lotion atau cream
yang karsistensinya mempunyai sifat-sifat :
·
Dapat meluas daerah yang diobati
·
Dapat mudah dicuci
·
Tidak membekas pada pakaian
·
Memiliki bentuk ,bau, warna dan rasa
yang baik
3. Syarat-syarat
sediaan emulsi
Sediaan emulsi dapat terbentuk jika :
·
Terdapat 2 zat yang tidak saling melarutkan
·
Terjadi proses pengadukan (agitosi)
·
Terdapat emulgator
Sediaan
emulsi yang baik adalah sediaan emulsi yang stabil, dikatakan stabil apabila
sediaan emulsi tersebut dapat mempertahankan distribusi yang teratur dari fase
terdispersi dalam jangka waktu yang lama. (R. Voight hal 434)
4. Komposisi
sediaan emulsi
Sediaan emulsi secara umum terdiri
dari bahan aktif dan juga tambahan
a. Bahan
aktif antara lain :
·
Poroffin cair
·
Oleum gec aselli
·
Curaubitae semin
b. Bahan
tambahan antara lain :
Emulgator menstabilkan
dengan cara menempati antara permukaan antara tetesan dan fase eksternal dan
dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan Emulgator juga
mengurangi tegangan antar muka antara fase sehingga meningkatakan proses emulsifikasi
selama pencampuran.
·
Gom Arabikum
Menambahakan sekaligus 1 1/2
bagian kepada gom itu, kemudian digerus sampai diperoleh suatu masa yang
homogen.
·
Merah telur
Merah telur digerus dalam mortar dengan
3ml air dan kemudian ditambahkan sedikit-sedikit minyaknya. Setelah diencerkan
disraing dengan air kasa.
·
Tragakan
Mula-mula tragakan digerus dengan air
yang 20 kali banyaknya, kepada mucilago ini ditambahkan bergantian sejumlah
kecil minyak dan air, sangatlah perlu menamabahkan minyak dalam jumlah lebih kecil.
1 gram tragakan = 10 gram gom arab.
·
Carboxymethyloellulose (CMC)
Larutannya dibuat dengan jalan menuangi
zat dengan air didih dan membiarkannya beberapa lama.
c. Pengawet
antimikroba /preserudife
Sediaan emulsi
memerlukan bahan antimikroba karena fase air memepermudah pertumbuhan
mikroorganisme. Sehingga fungsi dari pengawet antimikroba yaitu dapat
mengurangi kortaminasi mikroorganisme.
·
Asam benzoate
·
Metil paraben (nipagin)=0,015-0,2%
·
Prophylparaben (nipasol)=0,01-0,02%
d. Antioksidan
Diperlikan untuk mencegah terjadinya
kekeringan dari fase minyak ataupun oksidasi zat berkhasiat
·
Asam askorbat
·
Asam sitrat
·
Askorbil
·
Sulfit
e. Pembau
(corigen adoris)
Zat pembau ditambahkan agar menutupi bau
dari zat aktifnya yang mungkin menyengat
·
Oleum citri
·
Oleum ricini
·
Oleum cinamommi
·
Vanillium
·
Camphora
f. Pewarna
(corigen colori)
Zat pewarna ditambahkan agar menutupi
penampilan yang tidak menarik dan meningkatkan
·
Eritrosin
·
Tartrozin
·
Roosberry red
g. Perasa
(corigen saporis)
Zat perasa ditambahkan agar menutupi
rasa dari minyak, sehingga dapat menarik bagi anak-anak.
·
Gliserin : >20%
·
Sukrosa : 67%
5. Metode
Pembuatan Emulsi
a.
Metode
Gom Kering (Metode Kontinental)
Pada
Metode Gom kering atau yang biasa dikenal dengan nama metode “4:2:1”, formula
yang digunakan untuk membuat corpus emulsi adalah 4 bagian minyak, 4 bagian
air, dan 4 bagian gom (atau emulgator). Sedangkan pada metode Kontinental,
formulanya adalah “4:3:2”. Setelah corpus emulsi ini terbentuk, bahan – bahan
formulatif cair lainnya yang larut dalam fase luar, ditambahkan sedikit demi
sedikit sambil terus diaduk. Ada pun zat – zat formulatif lainnya yang
berbentuk padat seperti pengawet, stabilizer, pewarna, perasa, dll dilarutkan
dalam fase luar terlebih dahulu sebelum ditambahkan ke dalam corpus emulsi.
Sedangkan zat – zat formulatif yang dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas
emulsi ditambahkan paling akhir.
b.
Metode
Gom Basah
Zat
pengemulsi ditambahkan kedalam air (zat pengemulsi umumnya larut dalam air)
agar membentuk suatu mucilago, kemudian minyak perlahan-lahan ditambahkan untuk
membentuk emulsi, kemudiaan diencerkan denganm sisa air.
c.
Metode
Botol Forbes
Metode ini
cocok untuk pembuatan emulsi yang berisi minyak – minyak menguap dan mempunyai
viskositas rendah. Serbuk gom dimasukkan ke botol kering, tambah 2 bagian air
dan dikocok kuat dalam keadaan botol tertutup rapat. Tambahkan minyak dan air
secara bergantian sedikit demi sedikit sambil terus dikocok setiap kali
dilakukan penambahan air dan minyak. Metode ini kurang cocok untuk minyak
kental karena viskositasnya yang terlalu tinggi sehingga sulit untuk dikocok
dan dicampur dengan gom dalam botol.
6. Evaluasi mutu fisik
* System HLB
Setiap
jenis wmulgator memiliki harga keseimbangan yang besarnya tidak sama. Harga
keseimbanga (HLB) yaitu angka yang menunjukkan perbandingan antara kelompok
hidrofil dengan lipofil. Semakin besar harga HLB, maka semakin banyak kelompok
yang suka air dan demikian sebaliknya.